Kami
berencana untuk mewawancarai bapak Riri Riza di kediaman rumahnya. Kami
berkumpul di Mcd Bintaro dulu untuk menyiapkan perlengkapan untuk wawancara.
Setelah itu, kami berangkat ke rumah bapak Riri Riza menggunakan mobil. Setelah
sampai, kami bertemu langsung dengan bapak Riri Riza. Dan, bapak Riri Riza
sudah siap untuk di wawancarai. Pertama kami bertanya “mengapa anda
terinspirasi menjadi sutradara?” Pak Riri Riza menjawab “Profesi utama saya
adalah sutradara. Saya bekerja sebagai sutradara selama 15 tahun. Saya sudah
terinspirasi sejak SMA saya mencari bidang yang mengkombinasikan semua
minat-minat saya dibidang seni, contohnya musik dan fotografi. Saya
terinspirasi dari film Petualangan Sherina yang di tonton oleh 1,6 jt orang.
Karena dalam membuat sebuah film, jika film itu bagus akan menginspirasi orang
banyak dan juga menghibur.” Kemudian kami bertanya” bagaimana pengalaman
andaketika menjadi sutradara?” Ia pun menjawab “Pengalaman yang paling saya
nikmati adalah, saya dapat pergi ke banyak tempat, dan ketemu dengan banyak
orang. Yang saya sukai juga saya punya kesempatan untuk belajar karena itu
adalah kesenangan yang luar biasa.” Kemudian kami bertanya “Apakah anda sempat
kesulitan dalam belajar di Universitas Institut Kesenian Jakarta dan University
of London, Inggris?” Ia pun menjawab “Sejak di IKJ (Institute Kesenian Jakarta)
saya hampir tidak mengalami kesulitan karena jurusan adalah jurusan yang saya
nikmati dan saya senangi sehingga saya tidak merasa kesulitan. Dan disana dunia
nya sangat dekat dengan dunia saya, dunia seni, dunia film dan art. Dunia yang
dapat dikatakan sangat menarik. Saat kuliah di Inggris, pastinya ada masalah
seperti masalah bahasa dan standar pendidikan di Inggris itu sangatlah tinggi
dan berbeda cara pendekatannya dengan di Indonesia, saya butuh 3 – 4 bulan
untuk menyesuaikan diri. Namun karena bidangnya masih film yaitu bidang yang
saya minati dan nikmati jadi tidak ada masalah.” Pertanyaan selanjutnya adalah
“Bagaimana awal perjalanan karier anda sebagai seorang Sutradara?” Dengan
antusias ia menjwab “Awalnya saya menjadi asisten sutradara dulu. Lalu ketika
ada kesempatan saya menjadi produser film. Bukan film yang besar tetapi hanya
film kecil atau dokumenter. Lalu pada tahun 1998 saya mendapat kesempatan
menjadi sutradara film.” Kami pun bertanya “Apa suka dan duka anda sebagai
Sutradara?” Pak Riri Riza pun menjawab “Saya tidak menganggap kesulitan sebagai
duka tetapi lebih sebagai tantangan. Dalam pembuatan sebuah film kita harus
membuat target market yang jelas. Dan kalo kita meleset dengan itu, berarti
film kita tidak sukses. “ Kami bertanya lagi “Bagaimana dengan masalah
pendanaan dalam suatu produksi film?” Ia menjawab “Sekarang di Indonesia mulai
banyak film sukses, dan film sudah dijadikan bagian dalam hidup kita. Jadi
banyak yang berminat menanamkan modal. Tentu saja orang yang mau menanamkan
modalnya adalah di film yang sukses dan bukan film yang belum laris.” Setelah
itu, kami bertanya “Bagaimana proses pembuatan film Laskar Pelangi?” Ia
menjelaskan bahwa “Prosesnya adalah yang pertama kita mendapatkan novelnya
terlebih dahulu. Di novel tersebut terdapat karakter, cerita, dan tantangan
karakter yang sangat menarik di dalamnya. Jadi cerita tentang 10 murid dan 2
orang guru yang ingin meneruskan pendidikan di desa kecil bernama Gantong. Dan
kemudian yang terjadi adalah mereka harus melawan tantangan kemiskinan dan
sikap masyarakat yang pasrah dengan nasib mereka. Dan itu adalah modal cerita yang
sangat bagus. Dan yang penting adalah kita ingin membuat film yang bicara
tentang pendidikan masyarakat di sebuah desa kemudian kita berangkat ke sana.
Jadi film Laskar Pelangi dibuat langsung di Bangka Belitung. Dan yang lebih
menarik lagi kita menggunakan aktor-aktor asli dari Belitung.” Kemudian kami
bertanya lagi “Apakah film Laskar Pelangi sama persis dengan yang diceritakan
di novel?” Ia menjawab “Media film adalah media yang berbeda dengan novel. Jadi
saat kita membuat film dari sebuah novel kita harus melakukan penyesuaian. Kita
juga harus melakukan editing cerita dan mengambil bagian-bagian yang paling
tepat untuk dijadikan film dari novel Laskar Pelangi.” Setelah itu, kami
bertanya “Bagaimana pendapat anda dengan diputarnya film Laskar Pelangi the
Series di televisi?” Ia menjawab Saya senang sekali ketika mendengar kabar
bahwa novel Laskar Pelangi dijadiakan serial TV karena tentu saja itu membuat
sebuah bentuk baru. Tapi saya tidak terlibat dalam serial tersebut. Kebetulan
saya saat itu sedang sibuk dalam pembuatan pertunjukan Musikal Laskar Pelangi.
Dan menurut saya serial Laskar Pelangi itu cukup menarik perhatian masyarakat.”
Kami pun bertanya lagi “Apa saja yang anda lakukan sebagai sutradara?” Ia
menjelaskan bahwa “Yang saya lakukan sebagai sutradara adalah yang pertama saya
harus membaca skenario film dengan baik dan memahaminya dengan sepenuhnya. Yang
kedua saya harus memilih aktor yang paling tepat untuk memerankan tokoh-tokoh
dalam skenario. Yang ketiga saya harus mencari lokasi yang paling tepat untuk
membuat sebuah film. Yang keempat dan yang paling penting adalah saya harus
memimpin semua orang ketika kita
melakukan syuting.” Menurut kami, bapak Riri Riza sangat jelas dan lengkap saat
menjawab pertanyan kami. Kami bertanya “Bagaimana cara anda membagi waktu
dengan keluarga anda ditengah kesibukan sebagai seorang sutradara?” Ia menjawab
“Ketika bekerja saya sangat sulit untuk menjadi seorang Ayah. Karena ketika
saya melakukan syuting saya harus pergi jauh. Jadi jika ada waktu luang tanpa pekerjaan
saya akan menggunakan waktu yang berkualitas dengan keluarga.” Pertanyan
terakhir kami yaitu “Apakah anda sedang memproduksi suatu film?” Ia menjawab “Sekarang
saya sedang persiapan membuat film tentang sebuah kota di Nusa Tenggara Timur.
Namanya kota Atambua. Kota Atambua terletak di perbatasan antara Timor Barat
dan Timor Leste. Mudah-mudahan akan syuting bulan april dan akan di rilis bulan
juni atau juli saat masa liburan sekolah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar